Indah. Terlalu indah.
Sampai indahnya tak begitu indah.
Indah Dewi Pertiwi.
Indah Kalalo
Mie.
Kau begitu sempurna, di mataku kau begitu indah.
Tapi tak seindah dewi pertiwi.
Kaulah yang selalu ada di kala aku kosong.
Setiap lekuk tubuhmu begitu indah.
Tak seindah kalalo.
Kau memanjakan lidahku.
Tapi, terpaksa aku tega membunuhmu demi kenikmatanku.
Ku ajak kau berendam di air panas. Hingga kau menjerit.
Ingin cepat ditiriskan.
Mie.
Ketika ku balut tubuhmu dengan bumbu itu.
Aku terhenyak sejenak.
Sepertinya ada yang kurang.
Ya, kau kurang matang.
Ku ajak kau berendam di air panas kembali. Kau menjerit kembali
Kuajak kau berbaring di atas piring, kubelai lembut tubuhmu dengan garpu.
Kau semakin menggodaku.
Ku tatap kau begitu dalam, kau memang seleraku. Tak salah aku memilihmu
Sebelum ku rasakan tubuhmu itu, ku pinang kau dengan Bismillah.
Mie.
Kau kini telah tiada
sirna ke dalam dunia cerna.
Karna aku tak pernah merasa puas. Terpaksa aku selingkuh darimu.
Ku kejar penggantimu hingga ke warung.
Ternyata dia lebih dobel nikmatnya.
Maaf, benar ini memang dobel nikmatnya.
Dengan mahar 1500 rupiah, kupinang dia.
Bogor, 14 Desember 2011
22 : 06
No comments:
Post a Comment