Sunday, December 18, 2011

Permen : Mata Uang Baru

Pernah nerima permen sebagai kembalian? Kalau belum, segera cari swalayan atau mini market terdekat karena mereka masih memberlakukan “mata uang” baru tersebut.



Tapi, di mata seorang doddysabilitas ada nilai  positifnya juga penggunaan permen “mata uang” baru.
Pembaca :Kenapa harus permen?
Doddysabilitas : Kalau es krim, repot. Gede en cepet cair
Pembaca: Kenapa ngga mie?
Doddysabilitas : *balik ke dapur, masak mie* Eh, mie terlalu menggoda buat gue. Yang pasti repot lah.
Anyway, Gue kadang setuju dengan mata uang baru tersebut. 


Saat itu, gue nganterin temen ,si  *lb*rt buat belanja di salah satu mini market dekat kos. Sebut saja *lf*m*rt
Eh, gue dikasih permen kembalian berkedok “ngga ada receh dari kasir”. Lumayan juga buat isepan mulut bukan permen mereknya abal-abal. Dan gue langsung mikir, siapa sih yang punya ide ini semua? *alis terangkat, bibir tersungging, tatapan kejam merangsang*.

Sistem permen sebagai mata uang baru mengingatkan kita akan zaman kakek moyang dulu. Zaman moderen seperti sekarang udah banyak menggunakan tren jadul lagi. Sistem barter salah satunya. Barter Zaman moderen diinterpretasikan dalam bentuk mata uang baru tersebut. Biasanya 1 permen dianggap senilai Rp 100,-. Melihat dengan mata telanjang, mempertimbangkan tanpa galau, memutuskan bahwa pelanggan bukan anak-anak lagi. Bukan saatnya dikasih permen, syukur kalau tu pelanggan punya anak-anak.Nah kalau nenek-nenek ngemut permen sebiji bisa seminggu abisnya. Apalagi kalau pelanggan lagi sakit gigi, sebuah penyiksaan bagi mereka pas dikasih permen kesukaan mereka tapi gak bisa makan *ngenes* *jleb* *tersedak linggis*
Lama-lama, Pelanggan juga merasa terintimidasi. *halah. Mereka bakalan update status di fesbuk atau nge-tweet kekecewaan mereka.
“Sebel, masa dikasih kembalian permen” status via Facebook
“Masa mereka tega ngasih kembalian permen RT @JawabBohong Apa yang bikin lu bete hari ini? #JB ” via Twitter
“Ih kok, kasirnya cakep sih. Mau photo bareng” via Uber Social.
Gubrakkk.
Dan orang galau juga ikut buat status
“Kenapa sih, tega nian dirimu mba kasir. Membiarkan aku terpuruk dalam keadaan dengan permen berkedok receh ini”. *haru biru.
Di ujung belahan dunia alay pun ikut-ikutan bikin status
“k4$!R t@9 t4U d!r1, Gu3h k@n 9 mou.. p3rmEn. C@p3k d3uhhhh. G@9 beudhhh...”  via Status Alay
Krik...krik...krik
Prekkk. *gue injeek tuh jangkrik*
Eniwei, gue tetep seneng dapat kembalian permen berkedok receh. Setidaknya mengurangi jumlah pencetakan uang logam.

Tiba-tiba Ide dysabilitas muncul. *ting*
Suatu saat gue bakal membangun sebuah negara abstrak dan goib. Profil singkatnya.
Negara Doddysabilitas
Bahasa: Manusia (tidak menerima bahasa binatang)
Mata uang : Permen
Komoditi utama : Cangcimen (Kacang, Kwaci, Permen)
Luas wilayah : Dari ujung rambut sampai ujung kaki.
Pasti keren tuh.

 *TANTANGAN DODDYSABILITAS*
Coba aja nih ya, sekarang lu belanja ke minimarket atau swalayan terdekat, beli barang yang gak genap harganya misal beli mie harga Rp 2.138,- Terus lu bayar ke kasir dengan uang 2000 plus permen satu biji, nerima kagak tuh kasir?
Kalau berhasil, kasih tahu gue.
Hadiahnya upload foto lo ke drpks4@gmail.com, saat bayar dengan teknik doddysabilitas. Gue pajang di blog Doddysabilitas.

Salam Doddysabilitas !?

No comments: