Yuk simak, prolognya.
Angkot
walau kau selalu membuat kesal
Di
kala ngetem
Namun
jasa yang kau berikan tak terkira...
Angkot. What is that mean? Anak gaul kolot atau
tukang perabot? Kalau kalian masih mikir dua kalimat terakhir tadi, berarti
kalian perlu diberikan wawasan wiyata mandala eh, wawasan seputar angkot.
*ehem..ehem, cek Sound*
Bagi angkotmania
mungkin tidak asing lagi dengan angkot. Tapi, bagi anda yang rakyat yang
non-angkot perlu diberi sedikit penjelasan. Pertama, angkot yang menjadi pemeran
utama buku ini adalah Angkot (Angkutan Kota) model Mobil Carry dengan kapasitas
normal 12 orang termasuk abang supir (kapasitas melebihi ambang batas dapat
mencapai 17 orang. Kebayang 5 orang tadi ditaruh dimana? Punya ban 4, dua
pasang lampu sign dan sepasang lampu sorot
Kenalin nama gue Doddy
(inget dobel D dan pake Y bukan I). Panggil saja gue dod atau dy. Kalau lagi
jelek panggil dod tapi kalau mau kerenan dikit panggil saja dy. Gue tinggal di
daerah yang namanya enau. Bingung? Bukannya itu aren ya? No, it’s the meaning
name of Bogor. Jauh-jauh merantau dari Sampit demi mengurangi jatah beras rumah
dan menuntut ilmu. Mengidap rhotacisme, walau sering diledekin tetapi gue tetap bersyukur masih mending cadel coba
kalau bisu. * Hidup Cadelholic .
Yap, sepertinya.
Kota hujan yang lebih cocok disebut Kota Petir ini banyak menyimpan kenangan
masa lalu gue dengan berbagai hal. Entah itu, makanannya, udaranya, neng geulis
nya, dan jreng...jreng my lovely angkot.
Maklum di
kalimantan khusunya kota gue jarang pake angkot. Gak terlalu booming. Tetapi
setelah menjatuhkan diri tepat di kota ini setelah SMA gue pandangan lain
dengan angkot. *sayup-sayup lagu Pandangan
Pertama A.Rafiq terdengar
Gubrak.
Mari kita awali lembaran hidup baru ini dengan angkot...
1 comment:
Wah asik! Awal mula novel nih!
Post a Comment